LATAR BELAKANG MENDIRIKAN TPQ
Diminta mengajar Private
Ustazd F. Malin Parmato (Malin) bertemu dengan Ustazd Muslim, KS ketika memenuhi undangan dari Buya H. Sudirman Syair Dt. Samulo Nan Balopiah menghadiri acara peringatan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1442 H pada Ahad, 1 September 2019 yang bertempat di Pondok Pesantren Ma'arif Assaadiyah Batu Nan Limo nagari Koto Tangah Simalanggang kecamatan Payakumbuh kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat.
Muslim, KS adalah wakil ketua PC NU Kab. Lima Puluh Kota, sedangkan Ponpes Ma'arif Assaadiyah Batu Nan Limo adalah salah satu pondok pesantren dibawah naungan Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama. Malin Parmato ketika itu datang sebagai jurnalis meliput kegiatan di Pondok Pesantren tersebut.
Muslim dan Malin sudah berteman sejak lama. Mereka sering bertemu ketika mengisi acara pengajian di Surau Angku Tanjuang jorong Katinggian nagari Sarilamak. Dan mereka juga sering melakukan kegiatan sosial bersama. Dalam tugas liputan di gedung kantor DPRD Lima Puluh Kota di Bukik Limau Jalan Raya Negara Tanjung Pati KM 10 Sarilamak, Malin Parmato sering berkunjung ke tempat kerja Muslim di salah satu ruangan kantor fraksi DPRD tersebut.
Pada perjumpaan mereka di Ponpes Ma'arif Assa'adiyah pada Ahad, 1 September 2019 itu, Muslim meminta kesediaan Malin untuk memberi bimbingan belajar private kepada dua orang anaknya dalam hal menghafal al-Qur'an. Awalnya Malin agak ragu, karena kemampuan dan kesibukannya sehari-hari. Namun Muslim menyakinkan bahwa Malin pasti bisa melakukannya dan memintanya untuk datang dulu ke rumah anaknya itu di Padang Ambacang nagari Batu Balang kecamatan Harau. Malin menyanggupinya dan akan ke rumah anaknya itu bakda Ashar hari itu juga.
Di rumah anaknya itu Malin Parmato bertemu dengan Ummi dan kedua anaknya, yaitu Imam Tsaqafi kelas 3 SDIT Ibnul Qoyyim Tanah Mati Payakumbuh, dan Haya Qonita kelas 2 pula di SDIT tersebut. Mereka baru pindah sekolah dari SD Alkausar Sarilamak ke SDIT tersebut. Tidak lama kemudian Muslim datang, ia sampai di rumah itu menjumpai anak-anak dan umminya.
Kepada Malin, mereka berdua menerangkan bahwa Imam dan Qonita hafalan Qur'annya jauh ketinggalan. Di SDIT Ibnul Qoyyim syarat kelulusannya adalah Hafizd 4 Juz Alquran. Setelah melakukan perbincangan, maka Malin menyetujui untuk melakukan bimbingan belajar menghafal Al-Qur'an untuk Imam Tsaqafi dan Haya Qonita dengan waktu belajar disesuaikan dengan keadaan. Kepastian jadwal belajar itu akan dikomunikasikan setiap hari dengan umminya melaui telpon / WA.
Maka dimulailah bimbingan belajar private itu. Imam Tsaqafi fokus kepada juz 1 surat Al-Baqarah dan Haya Qonita dengan fokus hafalan juz ke 30 dimulai dari surat An-Naba. Hampir setiap hari mereka belajar, dengan durasi waktu rata-rata 120 menit. Kadang pagi, kadang sore, ada juga malam hari bakda Magrib, sesudah Isya dan sering pula dilakukan pada subuh hari di masjid Istiqomah Padang Ambacang.
Tempat belajarnya tidak hanya di rumah, atau di masjid, mereka juga sering belajar di halaman SDN 02 Batu Balang dan di sekitar lokasi pembangunan perumahan baru Yahnul Recident Padang Ambacang. Dan sesekali mereka menghafal pula di pelataran kantor Bupati Lima Puluh Kota di Bukik Limau Jalan Raya Negara Tanjung Pati KM 10 Sarilamak. Hal itu dimaksudkan supaya anak-anak merasa fresh, kegiatan menghafal itu menjadi tidak membosankan.
Imam Tsaqofi dan Haya Qonita adalah tipe anak yang suka berteman, kawan-kawannya banyak bertandang main ke rumahnya. Ketika Imam dan Qonita dalam bimbingan belajar, teman-temannya juga ada yang ingin belajar mengaji dengan Malin. Malin sangat bermurah hati dan suka sekali mengajari mereka. Ada diantara mereka yang belajar membaca huruf Hijaiyyah dengan metode Iqra' dan ada pula yang belajar menghafal surat-surat pendek juz ke-30. Awalnya mereka mengaji di rumah Imam Tsaqafi saja namun kemudian mereka memilih tempat mengaji di teras Masjid Istiqamah Padang Ambacang.
Bulan Desember 2019, ketika ujian semester sekolahnya di SDIT Ibnul Qoyyim, Imam dan Qonita dibimbing oleh Malin dalam belajar. Bukan saja pelajaran al-Qur'an, namun juga mata pelajaran lainnya seperti Hadist, Bahasa Arab dan praktek ibadah. Suatu kali Imam dan Qonita sedang memperbagus bacaan shalatnya untuk direkam dalam bentuk video kemudian disetor kepada gurunya di sekolah. Fajar Shidiq kelas 4 SDN 02 Batu Balang salah seorang teman Imam yang juga ikut mengaji di sana meminta kepada Malin untuk diajari shalat. "Ajari juga aku bacaan shalat ya ustazd!" pintanya. Malin berjanji akan mengajarinya bacaan shalat setelah semua tugas-tugas sekolah Imam dan Qonita selesai. Namun sampai beberapa bulan kemudian Malin tidak juga sempat mengajari Fajar, hal itu terasa menjadi beban hutang baginya dan ia berkeinginan suatu saat nanti akan menyediakan waktu fokus mengajari Fajar Shidiq.
Bulan Desember itu, terjadi bencana di kota Wuhan China, ketika itu awal menyebarnya Corona Virus 19 ke berbagai belahan dunia. Bulan Januari, Februari kita masih biasa-biasa saja, mengaji seperti biasa. Namun kemudian pada Senin, tanggal 2 Maret 2020, Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama Virus Corona COVID-19 di Indonesia. Sejak itu terjadi pembatasan-pembatasan. Corona menjadi sangat menakutkan, bertamu ke rumah orang jadi sangat dihindari.
Di akhir bulan Juli 2020, Ria Chostiana ummi dari Imam Tsaqafi menyarankan kepada anak-anak yang ikut belajar mengaji di rumahnya itu supaya mereka mengajak orang tua mereka masing-masing menemui Malin untuk menyerahkan mereka mengaji. Hal itu dimaksudkan supaya ada keberkahan terhadap pelajaran yang mereka dapatkan dan juga sebagai bentuk penghargaan mereka terhadap guru. Kemudian wali-wali murid tersebut mendatangi Malin di rumah Ria Chostiana menyerahkan anak-anak mereka untuk belajar mengaji.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, anak-anak peserta belajar itu lebih suka mengobrol dan bercanda ketika berkumpul-kumpul di rumah Imam, maka rasanya tidak akan ada artinya belajar private kalau mereka terus bercanda berkumpul bersama, maka disepakati dengan orang tua masing-masing bahwa bimbingan belajar itu akan dilakukan di rumah mereka masing-masing. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Malin, karena jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya berdekat-dekatan, mereka saling bertetangga pula.
Diantara peserta mengaji sebelumnya, ada satu orang yang tidak ikut lagi mengaji, yaitu Fajar Sidiq. Ia tidak datang-datang lagi mengaji ke rumah Imam, orang tuanya tidak ada mendatangi Malin untuk menyerahkan mengaji. Malin masih merasa berhutang untuk mengajarinya mengaji dan bacaan shalat. Lalu Malin mendatangi rumahnya, ia bertemu dengan kedua orang tuanya yaitu pak Ryan dan ibu Yanti. Ia memohon kepada orang tuanya untuk diizinkan diajari mengajari belajar al-Qur'an dan tatacara shalat. Orang tuanya sangat senang, namun agak segan juga kepada Malin.
Dengan harapan mendapat Ridha dari Allah SWT. setiap hari setelah mengajari 4 orang peserta didik lainnya kemudian Malin datang mengajari Fajar mengaji Iqra' di rumahnya. Kadang ia belajar ditemani papanya, kadang ditemani kakaknya Ardela Nofrianti. Fajar merasa senang belajar di rumah, selain tenang, ia merasa nyaman dari bullyan teman-temannya. Sebelum itu ia sering mendapat Bully dari teman-teman karena ia sudah kelas 4 SD, namun Iqra' jilid 1 pun belum ia selesaikan. Ketika itu ia bisa belajar mengaji dengan tenang dan bersemangat.
Lanjutkan membaca:
Kembali ke Tentang Kami
0 Komentar